Keputihan merupakan hal yang wajar selama awal kehamilan, biasanya keputihan ini berwarna transparan atau putih susu. Intensitas sekresi bervariasi tergantung pada tingkat produksi estrogen. Keputihan diatur oleh hormon utama perempuan khususnya estrogen, yang menentukan jumlah produksi lendir, serta progesteron. Peningkatan jumlah keputihan pada kehamilan adalah hal yang normal terutama pada awal kehamilan. Tingginya tingkat estrogen yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan merangsang kelenjar di leher rahim. Kelenjar di dinding vagina juga menanggapi hormon beredar untuk mengeluarkan cairan untuk menjaga vagina basah. Cairan vagina dapat diabaikan, karena dianggap aman kecuali ada tanda-tanda tertentu kelainan.
Saat kehamilan, Anda bisa melihat bagaimana warna dari keputihan tersebut, lihatlah sekresi Anda dengan hati-hati, apa warnanya? Putih atau krim, coklat, merah, hijau atau kehitaman? Warna keputihan merupakan indikator penting dari infeksi. Perubahan hormon pada wanita menyebabkan keputihan yang dapat berfluktuasi dengan siklus menstruasi. Hal ini normal dan sehat, namun, jika keputihan terjadi dalam jumlah besar dan terjadi perubahan warna, lebih banyak dari biasanya, memiliki bau yang menyengat atau disertai dengan gejala lain seperti gatal, terbakar atau sakit, keputihan tersebut dianggap abnormal dan memerlukan penyelidikan.
Beberapa warna pada keputihan yang dialami oleh wanita termasuk pada wanita hamil diantaranya:
ü Transparan
Keputihan jenis ini umumnya dikenal saat ovulasi terjadi pada puncak aktivitas estrogen. Hasilnya produksi intensif keputihan yang menyerupai putih telur.
ü Merah muda atau kecoklatan
Perubahan warna yang terjadi pada keputihan ini merupakan campuran darah yang hadir dalam lendir. Tidak ada yang patologis dalam fenomena ini, karena pendarahan disebabkan oleh invasi sel telur ke dalam lapisan lendir rahim. Biasanya keputihan ini terjadi antara 7-12 hari setelah ovulasi. Hal ini terjadi selama awal kehamilan muncul karena beberapa tetes darah diencerkan dalam jumlah sedikit lendir. Jika terjadi keputihan coklat tua hal ini adalah darah beku yang akan menuju ke vagina.
Saat Anda hamil, Anda mungkin memperhatikan bahwa keputihan Anda meningkat. Keputihan mungkin tebal atau tipis,sedikit atau banyak. Kadang-kadang keputihan yang tebal sedikit menempel celana Anda atau mungkin begitu banyak yang membuat celana Anda basah dan Anda perlu bantalan untuk perlindungan. Sebuah vagina yang sehat akan menghasilkan keputihan atau lendir sedikit yang berubah dalam jumlah, konsistensi dan warna selama siklus menstruasi dan hidup Anda.
Gejala keputihan yang tidak normal diantaranya:
ü Bau yang menyengat
Bau yang tidak enak bahkan sangat mengyengat, hal ini sering digambarkan seperti bau busuk.
ü Vagina dan vulva menjadi tidak nyaman seperti terbakar dan gatal-gatal
ü pembengkakan kelamin
ü Kuantitas keputihan yang lebih besar
ü Perubahan konsistensi keputihan yang menjadi susu, berair atau berubah warna menjadi hijau atau kuning .
ü Ketidaknyamanan selama hubungan seksual
ü Sakit saaat buang air kecil
ü Kadang-kadang, nyeri di perut bagian bawah
ü Penyakit menular seksual lainnya seperti gonore
ü Polip atau pertumbuhan di dalam rahim, leher rahim atau vagina
ü Kehadiran benda asing seperti potongan kertas toilet
ü Alergi dan iritasi
Gejala alergi non infeksi dapat disebabkan oleh bahan kimia dalam produk seperti spermisida, produk kebersihan vagina, deterjen, pelembut kain.
ü Infeksi vagina
Infeksi ini dapat dibedakan dari infeksi vagina benar dengan tes yang sesuai. Pada wanita yang tidak terinfeksi, keputihan mungkin terkadang hadir dalam ovulasi dan dapat menjadi begitu berat sehingga menimbulkan kekhawatiran.
ü Vaginosis bakteri (BV)
Vaginosis bakteri (BV) juga kadang-kadang disebut keputihan anaerobik, keputihan non-spesifik atau Gardnerella keputihan. Meskipun penyebab pasti dari BV tidak diketahui, hal itu terjadi ketika ekosistem vagina dipengaruhi oleh pertumbuhan beberapa jenis bakteri yang biasanya hidup di sana. Organisme kecil yang disebut laktobasilus membantu untuk menjaga pH pada tingkat yang tepat, tetapi menggunakan antibiotik, sabun dan bahkan berhubungan seks dapat meninggalkan vagina lebih basa, pertumbuhan bakteri sehingga menimbulkan BV.
Pencegahan keputihan saat hamil
Keputihan memang hal biasa, namun jika keputihan tersebut terjadi dalam jumlah yang berlebih, tentu bisa menjadi masalah. Jika keputihan tersebut terjadi dalam waktu yang lama dan semakin banyak semakin menimbulkan bau menyengat dan berwarna yang tidak sewajarnya, hal ini bisa dipastikan keputihan yang tidak normal. Untuk itu, saat hamil Anda tetap harus waspada terhadap keputihan tersebut. Sebaiknya memang pencegahan lebih baik daripada mengobati.
Untuk mencegahan keputihan, Anda bisa melakukan beberapa hal dibawah ini:
ü Jaga area genital Anda bersih dan kering.
Menjaga vagina dan area disekitarnya agar tetap bersih dan bebas dari masalah terutama keputihan saat hamil, hal ini memang suatu kewajiban Anda. Hal yang sangat mudah dilakukan adalah dengan menjaga area genital agar tetap bersih dan kering. Setelah Anda buang air besar, gunakan handuk kering untuk membersihkan bagian genital dan sekitarnya. Anda bisa menggunakan tisue yang steril untuk membuat vagina tetap kering. Jika area genital Anda bersih dan kering maka bakteri penyebab keputihan pun tidak akan ada.
ü Jangan membersihkan vagina dengan sabun
Banyak wanita merasa lebih bersih jika mereka mencuci vagina dengan pembersih berbahan kimia atau setelah mereka haid dan berhubungan seks dengan pasangan, namun hal itu justru dapat membuat keputihan menjadi lebih parah karena menghilangkan bakteri sehat pada lapisan vagina yang ada untuk melindungi Anda dari infeksi dan juga dapat menyebabkan infeksi pada rahim dan saluran telur.
ü Hindari menggunakan semprotan untuk membersihkan vagina, wewangian, atau serbuk di daerah genital
Beberapa semprotan untuk membersihkan vagina atau sejenisnya, hal ini tidak boleh digunakan secara terus menerus. Anda bisa menggunakan cara alami untuk membersihkan vagina dengan merebus daun sirih agar lebih aman.
ü Hindari memakai celana yang sangat ketat atau celana pendek, yang dapat menyebabkan iritasi.
ü Kenakan pakaian katun
ü Hindari pakaian yang terbuat dari sutra atau nilon, karena bahan ini sangat sulit untuk melakukan penyerapan keringat dan membatasi aliran udara. Hal ini dapat meningkatkan keringat di daerah genital yang dapat menyebabkan iritasi.
ü Menjaga kadar gula darah Anda di bawah kontrol yang baik jika Anda memiliki diabetes.